“Baldatun
Toyyibatun wa robbun Gofuur”
BRUNEI
DARUSSALAM
Ukuran kemakmuran sebuah Bangsa dilihat dari
pendapatan per-kapita dari Negara tersebut. Untuk mencari pendapatn per-kapita
dari sebuah Negara dapat dihitung dari membagi pendapatan nasional dengan
jumlah penduduk di suatu Negara. Jika pendapatan Negara tersebut terhitung
tinggi, maka Negara tersebut dapat dijuluki Negara makmur, namun jika
pendapatan Negara tersebut terhitung rendah, Negara tersebut mungkin masih
mendapat julukan Negara Berkembang maupun Negara Miskin.
·
Pertama, adalah bangsa yang memiliki
pendapatan tinggi dan akhlaq yang tinggi sekaligus. Inilah yang menjadi impian
setiap bangsa yang diberi istilah “Baldatun Toyyibatun wa robbun Gofuur”.
·
Kedua, bangsa yang memiliki pendapatan
rendah, tetapi akhlaq yang tinggi. Bangsa ini dikategorikan bangsa yang miskin
tapi bermartabat. Yang dalam bahasa sederhananya, bangsa yang penduduknya sabar
dalam kemiskinannya.
·
Ketiga, adalah bangsa yang pendapatannya
tinggi, namun akhlaqnya rendah, ini adalah bangsa kaya yang sombong, dimana
penduduknya banyak terjangkiti penyakit stress, depresi, dan penyakit-penyakit
kejiwaan lainnya.
·
Keempat, bangsa yang pendapatannya rendah
dan akhlaqnya rendah. Ini adalah bangsa barbar yang hancur peradabannya. Bangsa
ini akan mengalami tingkat kriminalitas yang tinggi. masyarakatnya miskin dan
tidak punya etika maupun kebaikan sama sekali.
Meskipun ketergantungan yang sangat tinggi pada sumber daya minyak dan gas, sektor ini mempekerjakan hanya tiga persen dari angkatan kerja. Sektor publik adalah majikan terbesar penduduk Brunei yang menyediakan lapangan kerja bagi lebih dari setengah tenaga kerja.
Brunei memiliki rezim tarif rendah dan tidak ada capital gain atau pajak penghasilan pribadi, meskipun perusahaan swasta membayar pajak perusahaan. Pajak Perusahaan untuk perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas adalah 55 %. Untuk semua perusahaan lain adalah 22 % . Regulasi kebijakan moneter dan perbankan Brunei dikelola oleh Brunei Monetary Authority (AMBD), dibuat pada tahun 2011, dan Brunei Dollar (BND) dipatok dengan Dolar Singapura. Kedua mata uang adalah alat pembayaran yang sah di Brunei dan Singapura.
Dengan melihat besarnya pendapatan per-kapita Negara Brunei mendapat peringkat dua tertinggi se-ASEAN setelah Negara Singapura. Dengan menjalankan sistem ekonomi berbasis syariah, Negara Brunei mendapat kategori Negara Makmur.
Economy - overview
|
Brunei has a small well-to-do economy that depends on
revenue from natural resource extraction but encompasses a mixture of foreign
and domestic entrepreneurship, government regulation, welfare measures, and
village tradition. Crude oil and natural gas production account for 60% of
GDP and more than 90% of exports. Per capita GDP is among the highest in
Asia, and substantial income from overseas investment supplements income from
domestic production. For Bruneian citizens the government provides for all
medical services and free education through the university level. The
government of Brunei has been emphasizing through policy and resource
investments it strong desire to diversity its economy both within the oil and
gas sector and to new sectors.
|
GDP (purchasing power parity)
|
$22.25 billion (2013 est.)
$21.93 billion (2012 est.) $21.73 billion (2011 est.) note: data are in 2013 US dollars |
GDP (official exchange rate)
|
$16.56 billion (2013 est.)
|
GDP - real growth rate
|
1.4% (2013 est.)
0.9% (2012 est.) 3.4% (2011 est.) |
GDP - per capita (PPP)
|
$54,800 (2013 est.)
$54,900 (2012 est.) $55,200 (2011 est.) note: data are in 2013 US dollars |
GDP - composition, by end use
|
household consumption: 22.1%
government consumption: 18.2% investment in fixed capital: 14.6% investment in inventories: 0% exports of goods and services: 78.4% imports of goods and services: -33.3% (2013 est.) |
GDP - composition by sector
|
agriculture: 0.7%
industry: 70.9% services: 28.4% (2013 est.) |
Population below poverty line
|
NA%
|
Labor force
|
205,800 (2011 est.)
|
Labor force - by occupation
|
agriculture: 4.2%
industry: 62.8% services: 33% (2008 est.) |
Unemployment rate
|
2.6% (2011)
2.7% (2010) |
Household income or consumption by percentage share
|
lowest 10%: NA%
highest 10%: NA% |
Budget
|
revenues: $6.992 billion
expenditures: $5.366 billion (2013 est.) |
Taxes and other revenues
|
42.2% of GDP (2013 est.)
|
Budget surplus (+) or deficit (-)
|
9.8% of GDP (2013 est.)
|
Inflation rate (consumer prices)
|
1% (2013 est.)
0.5% (2012 est.) |
Commercial bank prime lending rate
|
5.5% (31 December 2013 est.)
5.5% (31 December 2012 est.) |
Stock of narrow money
|
$3.472 billion (31 December 2013 est.)
$3.509 billion (31 December 2012 est.) |
Stock of broad money
|
$11.92 billion (31 December 2013 est.)
$11.41 billion (31 December 2012 est.) |
Stock of domestic credit
|
$2.846 billion (31 December 2013 est.)
$2.351 billion (31 December 2012 est.) |
Market value of publicly traded shares
|
$NA
|
Agriculture - products
|
rice, vegetables, fruits; chickens, water buffalo,
cattle, goats, eggs
|
Industries
|
petroleum, petroleum refining, liquefied natural gas,
construction, agriculture, transportation
|
Industrial production growth rate
|
1.5% (2013 est.)
|
Current Account Balance
|
$3.977 billion (2009 est.)
|
Exports
|
$12.75 billion (2011)
$9.88 billion (2010) |
Exports - commodities
|
crude oil, natural gas, garments
|
Exports - partners
|
Japan 45.7%, South Korea 15.1%, Australia 9.1%, NZ 6.6%,
India 5.8%, Vietnam 4.7% (2012)
|
Imports
|
$3.02 billion (2011 est.)
$2.73 billion (2010 est.) |
Imports - commodities
|
iron and steel, motor vehicles, machinery and transport
equipment, manufactured goods, food, chemicals
|
Imports - partners
|
Singapore 26.3%, China 21.3%, UK 21.3%, Malaysia 11.8%
(2012)
|
Debt - external
|
$0 (2005)
|
Exchange rates
|
Bruneian dollars (BND) per US dollar -
1.23 (2013 est.) 1.2496 (2012 est.) 1.3635 (2010 est.) 1.45 (2009) |
Fiscal year
|
1 April - 31 March
|
Disamping mempertanyakan mengenai
pendapatan per-kapita suatu Negara, untuk mendapat julukan Negara Makmur juga
dilihat dari prosentase angka kemiskinan di Negara tersebut. Di Brunei
Darussalam sendiri tidak menampik adanya kemiskinan di Negara tersebut,
sekalipun Negara Brunei tergolong Negara Makmur. ISU
kemiskinan bukan isu baru di Negara Brunei Darussalam. Sebelum merdeka, Negara
sudah berhadapan dengan masalah tersebut. Brunei sendiri dizaman pemerintahan
Al-marhum Sultan Haji Omar Ali Saifuddien Sa'adul Khairi Waddien merupakan
sebuah negara yang sedang merangkak-rangkak untuk membangun dengan matlamat
untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya ketika itu.
Namun, Kemiskinan
di negara ini bukanlah pada tahap yang kronik tetapi rakyat masih mampu
menikmati kemudahan fasilitas yang disediakan oleh Kerajaan Kebawah DuliYang
Maha Paduka Seri Baginda Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'izaddin Waddaulah.
Untuk tetap mempertahankan kemudahan yang dapat di nikmati rakyat kerajaan
perlu untuk terus mengamalkan dasar “'fiscal sustainability” yaitu mengurus
keuangannya secara berhemat supaya mampu dinikmati tidak hanya generasi
sekarang, namun juga generasi yang akan datang.
Melalui beberapa program yang
disediakan Mentri Keuangan seperti Skim Perkhidmatan Masyarakat dan Program
Perkasa di bawah Jabatan Pembangunan Masyarakat (JAPEM). Pemerintah memberikan
bantuan ke atas keperluan rakyat seperti bantuan kebijakan, pendidikan, sarana
hidup serta bantuan bencana alam. Begitu juga dalam memantapkan lagi
program-program pembasmi kemiskinan yang lain, yang bertujuan antara lainnya
untuk mengenal pasti penyebab kemiskinan serta merancang, menyelaras dan
melaksanakan program-program secara terpadu untuk membantu golongan miskin.
Mengatasi Kemiskianan Dengan Meningkatan Taraf Pendidikan
Untuk
keluar dari jurang kemiskinan, maka perlu diperhatikan kualitas sumber daya
manusia nya, sedang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia diperlukan
dengan meningkatkan taraf pendidikan, karena pendidikan memainkan peranan
penting untuk mencapai sebuah kemajuan. Dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh
akan memungkinkan seorang individu berhasrat untuk mengubah nasibnya maupun
keluarganya dengan memanfaatkan ilmu yang ada.
Kemiskinan Itu Relatif
Seperti
apa yang dijelaskan oleh Menteri Kebudayaan Belia dan Sukan dalam Musim
Permesyuaratan Kesembilan Majlis Mesyuarat Negara di Dewan Majlis, kemiskinan
yang terdapat di negara Brunei diistilahkan sebagai Kemiskinan relative dan
bukan Absolute Poverty. Yang artinya kemiskinan di Negara ini tidak seburuk di
Negara-negara lain. Dalam suatu kajian pendapatan untuk 10/100 isi rumah ang
masuk kategori miskin memiliki pendapatan sebesar BND994 (USD598.8) sebulan. Rata-rata
perbelanjaan isi rumah ialah BND 975 (USD587.3) sebulan atau BND33 (USD19.6)
sehari.
Kemiskinan
relatif lebih kepada jurang perbedaan dalam taraf kehidupan yang dialami
seperti perbedaan dalam hal pendidikan, aktivitas ekonomi dan juga kesehatan.
Kemiskinan yang ada di negara ini merujuk pada kemiskinan karena tidak ada
sumber pendapatan yaitu bisa jadi dikarenakan menganggur atau tidak ada
keahlian khusus seseorang individu itu untuk berdikari dengan kelebihan yang
ada atau karena mempunyai masalah kekurangan fisik dan penyakit-penyakit
tertentu.
Di
Negara Brunei Darussalam, walaupun jumlah kelompok miskin secara relatif adalah
kecil, ia tidak akan dibiarkan begitu saja. Tahap kemiskinan seperti ini dapat
diperbaiki atau dibendung jika diberi peluang tertentu seperti tawaran
pekerjaan. Dan yang penting semangat untuk memperbaiki taraf hidup perlu ada dalam
diri individu.
Semua
ini dapat dilihat apabila rakyat serta penduduk di negara Brunei masih
berpeluang untuk mendapat pendidikan, pelayanan kesehatan yang sempurna,
perumahan, air dan listrik. Selama semua keperluan ini masih dapat dinikmati oleh
rakyat dan penduduk yang dikategorikan dalam tahap miskin di negara ini.
0 comment:
Posting Komentar