Jumat, 27 Maret 2015

The Brunei 2



PERKEMBANGAN STRATEGI DAN PERENCANAA PEMBANGUNAN EKONOMI  BRUNEI DARUSSALAM

 

      A.    MACAM-MACAM STARTEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
Dalam mempelajari perekonomian suatu Negara, salah satu konsep yang penting untuk diperhatikan yaitu mengetahui strategi pembangunan ekonomi. menurut Suroso ( 1993 ) strategi pembangunan ekonomi diberi batasan sebagai suatu tindakan pemilihan atas faktor - faktor ( variable ) yang akan dijadikan faktor / variabel utama yang menjadi penentu jalannya  proses pertumbuhan. Adapun beberapa strategi pembangunan ekonomi yaitu :
-          Strategi pertumbuhan
-          Strategi dengan pembangunan merata
-          Strategi ketergantungan
-          Strategi berwawasan ruang
-          Strategi pendekatan kebutuhan pokok

      B.     FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN STRETEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi dalam hal pemilihan strategi pembangunan ekonomi di setiap Negara. Karena kondisi setiap Negara adalah berbeda, maka setiap Negara harus tepat dalam menentukan strategi yang akan digunakan untuk pembangunan ekonomi di Negara. Seperti Negara Brunei dengan karakteristik Negara yang relatif kecil daratannya, namun Negara ini sangat pandai dalam memanfaatkan keadaan tersebut, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, yang akan diminati oleh Negara asing, maka brunei Darussalam menetapkan strategi dengan mengedepankan sitem ekonomi bebas, dan dari situlah penghasilan Negara guna memakmurkan penduduknya pun terwujud. Selain itu pimpinan Negara ini juga memiliki strategi yang kuat dalam mempertahankan asset-asetnya, meskipun pemerintah dalam sistem  liberal tidak ikut campur dalam hal kegiatan ekonomi.  
Faktor  – faktor yang mempengaruhi strategi pembangunan adalah berdasarkan tujuan yang hendak di capai. Jika yang ingin dicapai adalah tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka faktor yang mempengaruhi digunakannya strategi tersebut adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah, akumulasi kapital yang rendah, tingkat pendapatan pada kapital yang rendah, serta masalah ekonomi yang berat ke sektor tradisional yang kurang berkembang.
      Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pembangunan adalah :
·         Sumber Daya Alam
·         Jumlah dan Kualitas Penduduk
·         Modal
·         Sikap dan Mental Masyarakat


      C.    STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI DI BRUNEI DARUSSALAM
Pada tahun 1986, Pemerintah Brunei telah berupaya untuk mendiversifikasi ekonominya dari produksi hulu minyak dan gas. Prioritas untuk diversifikasi meliputi produksi pangan domestik, nilai tambah industri menggunakan sumber daya lokal (pasir silika dan tanah liat, stok ikan dan kayu hutan) dan ekowisata. Selama bertahun-tahun sektor baru ditambahkan ke sektor-sektor prioritas untuk diversifikasi ekonomi. Pemerintah telah mengintensifkan upaya diversifikasi ekonomi dengan mempromosikan industri petrokimia, pariwisata, jasa keuangan, dan pengembangan produk halal. Sebagai bagian dari strategi diversifikasi investasi di bidang pertanian ditingkatkan untuk menjaga ketahanan pangan nasional.
Dalam beberapa tahun terakhir, masalah telah diperburuk oleh runtuhnya skandal pada tahun 1998 dari Amedeo Development Corporation, terbesar konglomerat non-minyak di negara itu, dengan wahyu yang di bawah manajemen adik Sultan, Pince Jefri, yang juga Menteri Keuangan dan Kepala Badan Investasi Brunei (BIA), sebanyak $ 28 miliar dana investasi publik telah disalah gunakan, dan hilang. Kemungkinan yang ada melakukan diversifikasi ekonomi ditahan untuk tahun 1999 dan 2000, sementara pemerintah mulai pulih dari hilangnya dana Negara, namun mulai tumbuh rasa hilang kepercayaan dalam pengelolaan ekonomi. Pada tahun 2001, bagaimanapun, pemerintah telah mengumumkan serangkaian inisiatif yang menunjukkan semua itu dan siap untuk menghidupkan kembali usaha-usaha pembangunan di kedua sektor  minyak dan sektor non-minyak bumi. Pada bulan Maret, Global Everygreen, badan pemerintah, mengumumkan bahwa semua utang dari Amedeo Perusahaan telah diselesaikan out-of-pengadilan, dan itu artinya mengambil alih sejumlah proyek Amedeo dengan tujuan menyelesaikan segala urusan. Kemudian pada tahun 2001, pemerintah menciptakan Brunei Economic Development Board (BEDB) yang dibebankan tegas dengan melaksanakan kebijakan pemerintah untuk mendorong investasi dalam negeri dan menarik investasi asing yang akan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi Brunei. Sebagai kepala BEDB, efektif Juli 2002, pemerintah menunjuk John A. Perry, seorang warga Inggris yang baru-baru ini menjadi managing director untuk Totalfina Elf di Asia.
Selama bertahun-tahun hampir semua daerah di Negara Brunei eksplorasi minyak dan gas, pengembangan, pengolahan dan perdagangan dilakukan oleh Brunei Shell Petroleum Corporation (BSP), perusahaan patungan 50-50 dari pemerintah dan Royal Dutch / Shell. Pada bulan November 2001, Sultan Bolkiah mengumumkan pembentukan sebuah perusahaan minyak nasional yang sepenuhnya dimiliki pemerintah, the Brunei National Petroleum Company Sendirian Berhad—PetroleumBRUNEI ,untuk jangka pendek yang akan "memainkan peran yang lebih aktif dalam eksplorasi dan pengembangan minyak bumi. " Pemerintah juga mengumumkan bahwa dalam Kontrak Bagi Hasil di masa mendatang (PSC) akan menggantikan konsesi di sektor minyak dan gas. Pada tahun 2002, dua PSC yang dicapai dengan konsorsium yang mencakup perusahaan-perusahaan Australia, Perancis, Jepang, dan Amerika, dan hanya satu yang termasuk Royal Dutch / Shell, untuk pertamadibuka di Zona Ekonomi Eksklusif Brunei. Dua konsesi BSP adalah untuk pembaharuan pada tahun 2003, dimana pemerintah dapat menggunakan moment tersebut sebagai kesempatan untuk memperkenalkan lebih banyak pemain baru.
Sebagai bagian dari strategi diversifikasi investasi di bidang pertanian ditingkatkan untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Pada bulan Juli 2009, Sultan Bolkiah meresmikan panen Beras Laila - varietas padi produksi Brunei, yang dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan pangan negara. Selama bulan yang sama, Brunei meluncurkan merek internasional halal yang dikembangkan oleh Departemen Perindustrian dan Sumberdaya Primer, yang akan membangun reputasi Brunei kepatuhan terhadap norma-norma Islam dalam pengolahan makanan.
Dari artikel yang saya kutip dari Bisnis.com terjabarkan strategi pembangunan ekonomi di Negara Brunei Darussalam yang sangat mengutamakan pen-eksporan hasil minyak bumi dan hidrokarbon, selain itu pemerintah juga sangat memperhatikan industry yang akan dikembangkan seperti, pariwisata, bisnis syariah, produk halal, jasa keuangan, tekhnologi dan komunikasi. Maka, pemerintah Negara dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam ini juga sangat memperhatikan pendidikan warga negaranya. Dengan menerapkan sekolah gratis hingga tingkat perguruan tinggi, diharapkan mampu mepertahankan bahkan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Negara tersebut. Berikut artikel yang dikutip;

     "Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Brunei Darussalam, negara kecil pengekspor minyak di Asia Tenggara, diproyeksikan bertumbuh  1,8% pada tahun ini, dan sebesar 2% pada 2014, seiring dengan prospek harga minyak dunia yang mendorong surplus perdagangan negara ini.
Demikian proyeksi Asian Developmen Bank dalam dokumen Asian Development Outlook 2013, dala situs resminya.  
Proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto Brunei didasarkan pada asumsi pemulihan moderat pada fasilitas produksi hidrokarbon dan pertumbuhan yang berkelanjutan di seluruh sektor ekonominya.
Sejak beberapa tahun terakhir, Brunei memang berupaya memperpanjang umur produktif hidrokarbon, sampai sektor lain dapat memainkan peran yang lebih besar dalam perekonomian.  Perluasan basis ekonomi adalah target pembangunan jangka panjang yang menguntungkan.
Pemerintah telah mengidentifikasi beberapa industri untuk pengembangan, seperti petrokimia terutama hilir, pariwisata, bisnis syariah termasuk produk halal dan jasa keuangan, dan layanan  teknologi informasi dan komunikasi.
Proyek infrastruktur dibangun untuk mendukung upaya itu, seperti pelabuhan Pulau Muara Besar, dan kawasan industri yang didukung oleh jembatan dan jalan ke pelabuhan, perluasan bandara internasional, upgrade jaringan listrik, jaringan broadband berkecepatan tinggi ke rumah tangga, hingga situs riset dan pengembangan produk pertanian.
Sebelumnya, sebuah perusahaan patungan dengan asing telah mengembangkan pusat pelatihan pilot helikopter dan pesawat dengan ambisi untuk menjadi fasilitas pelatihan regional.

Ekspor
Brunei adalah negara dengan pasar yang relatif kecil dengan penduduk hanya 400.000 orang, sehingga pemerintah mengejar proyek berorientasi ekspor.
Setelah perusahaan asing menyelesaikan pabrik US$ 450 juta untuk memproduksi dan mengekspor metanol pada 2010, Brunei telah menyetujui rencana proyek petrokimia US$ 2,8 miliar, dan kilang minyak dan aromatik cracker US$2,5 miliar, keduanya merupakan usulan dari perusahaan asing.
Proyek-proyek tersebut saat ini tengah dalam proses desain dan fase rekayasa. Institusi domestik akan digandeng untuk mendorong diversifikasi ekonomi.
Tahun lalu pemerintah membentuk perusahaan induk investasi—Darussalam Aset—untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan milik pemerintah dan mengambil peran strategis dalam upaya diversifikasi.
Sementara itu, otoritas moneter mulai mempersiapkan pendirian pembayaran nasional dan sistem penyelesaian, sebagian untuk mengembangkan industri keuangan syariah dan mempromosikan negara ini sebagai pusat keuangan Islam.
Harga minyak dunia yang cerah diproyeksikan menopang peningkatan penerimaan ekspor. Ekspor barang diproyeksikan naik tipis pada 2013-2014, sementara itu impor kemungkinan tetap bertumbuh kuat.
Namun, surplus neraca transaksi berjalan akan tetap besar mengingat basis ekspor relatif besar dan pendapatan dari investasi di luar negeri negara itu.
Inflasi diproyeksikan 1% selama periode proyeksi. Harga pangan global yang terkendali, subsidi domestik, dan kontrol harga akan menekan inflasi yang dapat muncul dari ekspansi permintaan domestik.

Economic policy

The latest statistics concerning government finances stem for FY 2008/09, in which the budget surplus was USD 4bn, equivalent to 25% of GDP. For FY 2010/11, the fiscal position is expected to remain strong due to substantial oil and gas export revenues. While the strength of the fiscal position is certain, detailed analysis of government finances is not possible as the figures are untimely and spending categories are vague and too broadly defined. Even so, as long as hydrocarbon reserves hold up, similarly large budget surpluses are expected to continue.

General economic policy is directed towards diversification away from the hydrocarbon sector and reduction of the size of the public sector. Key areas are IT and Islamic banking, but progress is expected to be gradual. Other plans include upgrading the labor force, strengthening the banking and tourist sectors and increasing agricultural production. Increasing agricultural production was defined by the government as a key policy point to reduce imported food-dependency. The country intends to reach 60% self-sufficiency by 2015.

While this might also reduce imported inflationary pressures, inflation has historically not been a problem in Brunei. Inflation averaged 1.8% yoy in 2009 and is estimated at 0.4% in 2010, which are very low levels. The government’s policy of price controls means no alarming inflationary pressures are expected this year.

Brunei installed a central bank just last year, known as the Brunei Darussalam Monetary Authority. It is handed the tasks of monetary policy and supervision of the financial sector. It has already taken measures to curb a credit bubble in the household sector.

The Brunei dollar is fixed via a currency board with the Singapore dollar at parity. The currency peg has served Brunei well, as the Singapore economy is well-managed. It has prevented erratic exchange rate fluctuations and has successfully contained imported price pressures.


     D.    PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Inisiatif pembangunan ekonomi Brunei telah terstruktur dalam hal serangkaian Rencana Pembangunan Nasional. Dua pengusaha tradisional utama adalah pemerintah, yang menyerap sekitar setengah tenaga kerja, dan Brunei Shell Petroleum. Upaya pengembangan untuk non-minyak, sektor non-negara dan potensi untuk meningkatkan investasi asing telah dibatasi oleh pasar domestik yang kecil, kekurangan tenaga kerja terampil, dan biaya tenaga kerja dan transportasi yang relatif tinggi. Rencana pembangunan nasional untuk 1986-1990 (kelima) adalah, seperti yang berikutnya, berkaitan dengan diversifikasi ekonomi dalam rangka untuk mempersiapkan waktu ketika cadangan minyak dan gas akan habis. Ini menekankan pembangunan sektor pertanian untuk mengurangi ketergantungan negara pada makanan impor. Proyek-proyek pembangunan industri difokuskan pada industri ringan, tetapi juga termasuk tanaman untuk produksi semen dan beton pracetak. Industri jasa didorong, terutama perbankan dan keuangan, dengan harapan mengembangkan Brunei menjadi pusat keuangan internasional. Pembentukan bank pembangunan juga peringkat tinggi dalam agenda pemerintah. Rencana pembangunan nasional keenam (1991-1995) memberikan penekanan khusus untuk merangsang pertumbuhan sektor swasta, untuk mempromosikan sumber daya manusia dan pengembangan industri. Alokasi anggaran terbesar adalah untuk layanan sosial (29,3%), dengan persentase yang sama untuk utilitas publik dan transportasi dan komunikasi (20% masing-masing), 10% dialokasikan untuk perdagangan dan industri, dan sekitar 7% kepada pasukan keamanan. Program ambisius rencana pembangunan nasional ketujuh untuk 1996-2000 untuk mencapai diversifcation melalui peningkatan privatisasi, dan investasi domestik dan asing hancur dalam pukulan ganda dari krisis keuangan Asia pada tahun 1997 dan runtuhnya skandal dari Amedeo Corporation, investasi unggulan Brunei konglomerat, pada tahun 1998. Sebagian besar sisanya ini periode rencana ini dihabiskan pulih dari dampak hilangnya dana dan hilangnya kepercayaan bisnis. Rencana pembangunan nasional kedelapan (2001-2005) telah menambahkan eksploitasi lebih agresif dan bergerak dari sektor minyak dan gas untuk perhatian abadi dengan diversifikasi di luar sektor ini. Pada akhir 2001, pemerintah mengumumkan bahwa tambahan $ 1 milyar akan tersedia untuk proyek-proyek pembangunan pada tahun 2002.

previous page                                                                                                     next page


Share:

Related Posts: