Senin, 07 Januari 2019

Bumi Milik Tuhan, Seharusnya Aturan Tuhan


Dulu waktu masih sekolah hingga sebelum menikah, aku tidak terlalu peduli dengan tingginya kebutuhan hidup, tidak menghitung hitung yang namanya kewajiban yang harus kita bayarkan ke negara, bersikap cuek terhadap kenaikan harga-harga.
-
Semakin tinggi penghasilan kita, justru semakin menyilaukan mata hijau negara untuk menarik pajak dari rakyatnya sendiri yang ingin kaya.
-
Kalau begitu pikiran bodohnya jadi miskin saja tak mengapa, tapi subsidi pun hanya omong kosong belaka. Apa negara tidak ingin rakyatnya hidup makmur berlimpah harta?
Atau hanya orang tertentu saja yang boleh kaya?
-
Entahlah,,, disamping ingin marah sebenarnya aku juga lelah.
-
Dari sedikit buku yang aku baca, mungkin aku hanya sebatas tau pajak itu haram hukumnya dalam agama Islam, dan dengan sedikit penglihatan aku di Negara-negara makmur nan kaya berlandaskan hukum Islam, mereka tidak butuh harta dari rakyatnya, tapi mereka mensejahterkan memberikan segala bentuk kemudahan dalam hidupnya.
-
Tuhan tau teramat tau, kenapa diakhir zaman ini dibangun dengan sistim kapitalis, mencekik leher, memperbudak sesama hamba.
-
Dunia ini sungguh mengapa melelahkan, entah kenapa aku tiba-tiba merasa jengah dan begitu lelah.
-
Apalagi secara pribadi aku baru benar-benar merasa terjajah, tunduk dengan aturan sesama manusia, bukannya aturan sang pencipta.
-
Mungkin benar mereka yang meneriakan kembali tegaknya khilafah bukan semata ikut tenggelam didalam arus huru hara, mungkin mereka telah tersadar akan prahara.

Kita dicipta oleh Tuhan Sang Pencipta, tapi kita tunduk dalam sistem dan aturan yang dibuat oleh sesama yang dicipta.  
-
Bukankah kita selalu bilang Tuhan kita sudah Maha Sempurna? Yang tidak mungkin keliru dalam membuat sebuah aturan? lalu mengapa?

Share:

Related Posts:

0 comment:

Posting Komentar