Awal mula denger berita
adanya sebuah buku yang berjudul “Jokowi Undercover” ditarik dari peredaran,
cuek saja, karena saya memang tidak terlalu tertarik dengan konspirasi Negeri
sendiri, meskipun saya peminat teori konspirasi tapi hanya konspirasi-konspirasi
elit dunia milik orang-orang Yahudi.
Karena saya fikir konspirasi
yang terjadi di Negeri juga tidak jauh-jauh dari kendali para elit-elit Yahudi,
mungkin sudah ada yang pernah mendengar tentang keluarga terkaya didunia
pemegang kendali dunia, bahkan Amerika pun di bawah kendalinya, ya,,, keluarga
Rothschild (banker dunia), Rockefeller (pemilik minyak dunia). (correct me if I’m
wrong)
Mungkin sahabat ada yang
jauh lebih menyelami buku-buku tentang konspirasi dunia. Saya ucapkan salam,
mungkin kita satu sepeminatan tapi belum tentu sepemikiran, tentunya sebagai
peminat bidang tertentu setidaknya akan ada hal yang sama diantara pemikiran
kita dan itu tidak semua. Bisa jadi karena sumber bacaan saya yang masih minim
sekali.
Akan tetapi saya ingin
menulis sedikit dari apa yang telah saya baca, saya olah dalam pikiran, saya
bandingkan apakah sesuai dengan ajaran agama saya, lalu saya tuangkan dalam
bentuk opini dan beberapa hal yang tentunya saya ingin katakan itu bukan hasil
pemikiran saya pribadi tapi apa yang pernah saya baca dari tulisan orang-orang
yang lebih berilmu.
Kembali tentang buku itu,
yang saya tau adalah buku itu memuat sebuah pengungkapan tentang sesosok
presiden periode 2014-2019 yang sedang menjabat. Itu saja yang saya tau, sampai
akhirnya salah satu karib saya mengirim link e-book buku tersebut. Apalagi e-book, saya
bukan tipikal manusia yang betah berjam-jam membaca lewat media elektronik,
saya lebih suka buku, karena bisa saya coret-coret dengan catatan-catatan hasil
pemikiran atau perbandingan dari buku yang saya baca sebelumnya, atau jika ada
dalil dalam kitab suci atau perkataan-perkataan ustad yang sangat berkolerasi
dengan rentetan kalimat yang sedang saya baca. Rasanya tangan saya gatal jika
tidak ada coretan dalam buku-buku yang saya baca.
Akhirnya rasa penasaran pun
menyelimuti atas pemikiran “kenapa?” ya kenapa buku tersebut harus ditarik? Apakah
bahasanya memang sekontroversial dan bersifat brain washing? Atau hate speech
atau apalah mungkin.
Yang saya tahu dari buku itu, memang terlihat
sekali ada dipihak siapa, dan terlihat sekali kebencian akan suatu pihak, tapi kebencian
yang berlandaskan. Saya mencoba untuk membaca tanpa prasangka, memang tidak 100%
setuju dengan beberapa pemikiran sang penulis, tapi tidak pula kurang dari 65%
saya setuju dan mengerti.
Saya pribadi tidak ingin
menjabarkan isi buku tersebut, atau bikin conclusion. Selain karena buku
tersebut telah ditarik dari peredaran yang artinya “DILARANG”. Di rezim
sekarang memang harus berhati-hati apalagi mengkritik pemerintah dan
menyangkut-pautkan dengan agama, yang mana nanti dibilang mabok agama. Yang saya tidak
tahu entah itu halal apa haram, karena saya hanya tau mabok khamr dan itu haram. Hahah
ah saya tidak peduli dengan orang yang bilang “APA-APA BAWA AGAMA” oke
mungkin mereka belum sadar, mereka hidup dibumi siapa, yang artinya harus
mengikuti aturan siapa. Saya memaklumi dengan sedikit tertawa kecil, jika
dituangkan dalam tulisan kurang lebih seperti ini tertawanya “ heee” cukup.
Ada beberapa hal dalam tulisan tersebut
yang membuat saya mengganjal adalah penulis diawal halaman buku mengatakan bahwa
Wikipedia tidak mungkin mau memuat foto editan, yang artinya penulis
mempercayai ke-credible-an informasi tersebut, tapi di bagian halaman
akhir-akhir (saya lupa halaman berapa) penulis mengatakan yang intinya jumlah
korban yang dimuat dalam situs Wikipedia tidak dapat dibuktikan statistiknya,
yang artinya penulis meragukan ke credible-an informasi situs tersebut. Jadi disini
ada sedikit ke tidak-konsistenan. Allahu’alam.
Tapi ada beberapa rentetan kalimat
dalam buku tersebut yang menarik perhatian saya tentunya. Rentetan tersebut:
“…… sebagai pelajaran yang
memprihatinkan tentang apa yang terjadi apabila orang-orang sipil merancang
aksi militer.”
“ setelah meningkatnya
pengetahuan saya, saya jadi pengagum biasa saja”
“orang yang mulutnya lebih
kencang berjalan dari pikirannya akan gampang merasa dia sudah benar sebelum
memahami permasalahan yang dia komentari”
“padahal mereka belum baca
bukunya, apakah yang saya maksud……”
Yah itulah kurang lebih
yang bisa saya tulis, memang saya ingin menceritakan ulang sebenarnya, tapi saya masih
terlalu ringan ilmunya, sehingga saya belum cukup berani mengatakan itu hak atau batil, karena ketertarikan saya akan konspirasi dalam Negeri
tidak sebesar ketertarikan saya membaca konspirasi-konspirasi gerakan
underground-nya para elite Yahudi. Beberapa buku dan sumber informasi yang saya dapat saja
rasanya kurang untuk mengulas dan membuat sebuah tulisan tentang hal itu, apalagi yang ini, sejarah Negeri sendiri yang seharusnya sebagai anak bangsa memang kita
harus lebih tau dan berani dalam mencari kebenaran bukan pembenaran.
Seharusnya kita tidak awam akan sejarah dan polemik yang sekarang sedang terjadi di Negeri yang generasi kitalah sebenarnya yang akan meneruskan. Bukan selalu silau dengan keglamouran hidup orang-orang elite yang fakta dibaliknya banyak kesibukan yang berarti yang mereka lakukan untuk menaklukan kita yang sedang terlena dengan fatamorgana lukisan hidup mereka, jadi tidak hanya kenikmatan hidup duniawi seperti yang kita sering lihat. Mereka pemikir handal, mereka manusia sibuk, manusia penuh teka teki, manusia penuh konspirasi, dan saya yakin mereka tidak sesederhana pemikiran kita.
Seharusnya kita tidak awam akan sejarah dan polemik yang sekarang sedang terjadi di Negeri yang generasi kitalah sebenarnya yang akan meneruskan. Bukan selalu silau dengan keglamouran hidup orang-orang elite yang fakta dibaliknya banyak kesibukan yang berarti yang mereka lakukan untuk menaklukan kita yang sedang terlena dengan fatamorgana lukisan hidup mereka, jadi tidak hanya kenikmatan hidup duniawi seperti yang kita sering lihat. Mereka pemikir handal, mereka manusia sibuk, manusia penuh teka teki, manusia penuh konspirasi, dan saya yakin mereka tidak sesederhana pemikiran kita.
Seharusnya sebagai penerus generasi bangsa yang diberi akal fikiran kita mampu menerima dan menolak
berlandaskan pengetahuan bukan cinta dan kebencian buta, yang akhirnya menjadi konflik terhadap saudara
sendiri. Seharusnya kita tingkatkan pengetahuan kita dengan tidak menelan mentah-mentah segala informasi. Yang mana jika ini saya lanjutkan penjelasannya akan menerus ke-11 isi protokolat zionis (heheheh), dan yang mana memang benar-benar berhubungan. Jadi tulisan saya sendiri ini juga menjadi cambuk bagi saya untuk tidak malas membaca.
0 comment:
Posting Komentar