Senin, 07 Januari 2019

Sebuah Buku Negeri Sendiri


Awal mula denger berita adanya sebuah buku yang berjudul “Jokowi Undercover” ditarik dari peredaran, cuek saja, karena saya memang tidak terlalu tertarik dengan konspirasi Negeri sendiri, meskipun saya peminat teori konspirasi tapi hanya konspirasi-konspirasi elit dunia milik orang-orang Yahudi.

Karena saya fikir konspirasi yang terjadi di Negeri juga tidak jauh-jauh dari kendali para elit-elit Yahudi, mungkin sudah ada yang pernah mendengar tentang keluarga terkaya didunia pemegang kendali dunia, bahkan Amerika pun di bawah kendalinya, ya,,, keluarga Rothschild (banker dunia), Rockefeller (pemilik minyak dunia). (correct me if I’m wrong)

Mungkin sahabat ada yang jauh lebih menyelami buku-buku tentang konspirasi dunia. Saya ucapkan salam, mungkin kita satu sepeminatan tapi belum tentu sepemikiran, tentunya sebagai peminat bidang tertentu setidaknya akan ada hal yang sama diantara pemikiran kita dan itu tidak semua. Bisa jadi karena sumber bacaan saya yang masih minim sekali.

Akan tetapi saya ingin menulis sedikit dari apa yang telah saya baca, saya olah dalam pikiran, saya bandingkan apakah sesuai dengan ajaran agama saya, lalu saya tuangkan dalam bentuk opini dan beberapa hal yang tentunya saya ingin katakan itu bukan hasil pemikiran saya pribadi tapi apa yang pernah saya baca dari tulisan orang-orang yang lebih berilmu.

Kembali tentang buku itu, yang saya tau adalah buku itu memuat sebuah pengungkapan tentang sesosok presiden periode 2014-2019 yang sedang menjabat. Itu saja yang saya tau, sampai akhirnya salah satu karib saya mengirim link e-book buku tersebut. Apalagi e-book, saya bukan tipikal manusia yang betah berjam-jam membaca lewat media elektronik, saya lebih suka buku, karena bisa saya coret-coret dengan catatan-catatan hasil pemikiran atau perbandingan dari buku yang saya baca sebelumnya, atau jika ada dalil dalam kitab suci atau perkataan-perkataan ustad yang sangat berkolerasi dengan rentetan kalimat yang sedang saya baca. Rasanya tangan saya gatal jika tidak ada coretan dalam buku-buku yang saya baca.

Akhirnya rasa penasaran pun menyelimuti atas pemikiran “kenapa?” ya kenapa buku tersebut harus ditarik? Apakah bahasanya memang sekontroversial dan bersifat brain washing? Atau hate speech atau apalah mungkin.

Untuk menebus rasa penasaran, akhirnya saya baca, dan awal mula membaca pun saya sangat bingung, karena tokoh-tokoh yang tersebut diawal sangat asing (akibat ketidaktahuan akan sejarah Negri sendiri) dan juga siapa ini yang dibenci dan membenci? Siapa yang dibunuh dan membunuh? Siapa yang dihasut dan penghasut? Tapi saya tidak menyerah, justru semakin penasaran.

Yang saya tahu dari buku itu, memang terlihat sekali ada dipihak siapa, dan terlihat sekali kebencian akan suatu pihak, tapi kebencian yang berlandaskan. Saya mencoba untuk membaca tanpa prasangka, memang tidak 100% setuju dengan beberapa pemikiran sang penulis, tapi tidak pula kurang dari 65% saya setuju dan mengerti.

Saya pribadi tidak ingin menjabarkan isi buku tersebut, atau bikin conclusion. Selain karena buku tersebut telah ditarik dari peredaran yang artinya “DILARANG”. Di rezim sekarang memang harus berhati-hati apalagi mengkritik pemerintah dan menyangkut-pautkan dengan agama, yang mana nanti dibilang mabok agama. Yang saya tidak tahu entah itu halal apa haram, karena saya hanya tau mabok khamr dan itu haram. Hahah ah saya tidak peduli dengan orang yang bilang “APA-APA BAWA AGAMA” oke mungkin mereka belum sadar, mereka hidup dibumi siapa, yang artinya harus mengikuti aturan siapa. Saya memaklumi dengan sedikit tertawa kecil, jika dituangkan dalam tulisan kurang lebih seperti ini tertawanya “ heee” cukup.

Ada beberapa hal dalam tulisan tersebut yang membuat saya mengganjal adalah penulis diawal halaman buku mengatakan bahwa Wikipedia tidak mungkin mau memuat foto editan, yang artinya penulis mempercayai ke-credible-an informasi tersebut, tapi di bagian halaman akhir-akhir (saya lupa halaman berapa) penulis mengatakan yang intinya jumlah korban yang dimuat dalam situs Wikipedia tidak dapat dibuktikan statistiknya, yang artinya penulis meragukan ke credible-an informasi situs tersebut. Jadi disini ada sedikit ke tidak-konsistenan.  Allahu’alam.

Tapi ada beberapa rentetan kalimat dalam buku tersebut yang menarik perhatian saya tentunya. Rentetan tersebut:

“…… sebagai pelajaran yang memprihatinkan tentang apa yang terjadi apabila orang-orang sipil merancang aksi militer.”

“ setelah meningkatnya pengetahuan saya, saya jadi pengagum biasa saja”

“orang yang mulutnya lebih kencang berjalan dari pikirannya akan gampang merasa dia sudah benar sebelum memahami permasalahan yang dia komentari”

“padahal mereka belum baca bukunya, apakah yang saya maksud……”

Yah itulah kurang lebih yang bisa saya tulis, memang saya ingin menceritakan ulang sebenarnya, tapi saya masih terlalu ringan ilmunya, sehingga saya belum cukup berani mengatakan itu hak atau batil, karena ketertarikan saya akan konspirasi dalam Negeri tidak sebesar ketertarikan saya membaca konspirasi-konspirasi gerakan underground-nya para elite Yahudi. Beberapa buku dan sumber informasi yang saya dapat saja rasanya kurang untuk mengulas dan membuat sebuah tulisan tentang hal itu, apalagi yang ini, sejarah Negeri sendiri yang seharusnya sebagai anak bangsa memang kita harus lebih tau dan berani dalam mencari kebenaran bukan pembenaran. 
Seharusnya kita tidak awam akan sejarah dan polemik yang sekarang sedang terjadi di Negeri yang generasi kitalah sebenarnya yang akan meneruskan. Bukan selalu silau dengan keglamouran hidup orang-orang elite yang fakta dibaliknya banyak kesibukan yang berarti yang mereka lakukan untuk menaklukan kita yang sedang terlena dengan fatamorgana lukisan hidup mereka, jadi tidak hanya kenikmatan hidup duniawi seperti yang kita sering lihat. Mereka pemikir handal, mereka manusia sibuk, manusia penuh teka teki, manusia penuh konspirasi, dan saya yakin mereka tidak sesederhana pemikiran kita. 
Seharusnya sebagai penerus generasi bangsa yang diberi akal fikiran kita mampu menerima dan menolak berlandaskan pengetahuan bukan cinta dan kebencian buta, yang akhirnya menjadi konflik terhadap saudara sendiri. Seharusnya kita tingkatkan pengetahuan kita dengan tidak menelan mentah-mentah segala informasi. Yang mana jika ini saya lanjutkan penjelasannya akan menerus ke-11 isi protokolat zionis (heheheh), dan yang mana memang benar-benar berhubungan. Jadi tulisan saya sendiri ini juga menjadi cambuk bagi saya untuk tidak malas membaca.  

Share:

Related Posts:

0 comment:

Posting Komentar